Poetry

Mimpi Jakarta, 25 April 2011

sekian kali bunga mimpi merekah merajut warna raut wajahmu
memang raga ini terbaring, menjadi perahu kealam mimpiku
padamu.
kukayuh semakin dalam kelorong waktu,
terasa lembab payau tawar tiada rasa, hingga diujung jalan buntu
kembali kujumpai beribu bunga mimpi tentang wajahmu.



Kiranya Jakarta, 25 April 2011
sepucuk hari tersisa dipotongan kulit pisang
lalu berduyun-duyun musim kemarau menghampiri,
biarkan sejuta kemalangan menghampar dihalaman
membakar gairah anganku, hanguskan bejat birahiku.
Angin puyuhpun menggugurkan setiap helai daun
semakin menggunung, menimbun jadi pusara rinduku.





Merapi Jakarta, 5 November 2010
meregang melayang kembali terpanggang wedus gembel,
hangus lebam memahat kisah korban merapi.
senyap hatiku, meringis jantungku, andai kubisa merubah wedus gembel menjadi aroma terapi berbau melati
dan panasnya kujadikan gumpalan raksasa es krim vanila,
hingga yang tua jadi sehat dan anak-anak gembira.
tapi ini bencana, merapi berkobar,
memancarkan sinyal api untuk mengetuk hati para dermawan,
seakan ia berkata 'Bisakah kau merasakan kesengsara'an penduduk merapi yang terbakar?'




engkau Jakarta, 25 Januari 2010
langit membungkus cakrawala pandanganku, 
udara bumbui isi jantungku, 
kelam malam menayangkan mimpi keresahan, namun slalu ada berkas sinar,
bayang wajahmu jernih nan sejuk menyirami bibit-bibit angan citaku, 
aznizaku !




catatan Jakarta, 10 Mei 2011

disamping jembatan layang grogol, berderet setengah rimbun pepohonan rindang
setengah jiwaku tertidur dipinggir aspal hitam
sepertiga otakku sedang loading memikirkan kepastian yang kian kelam
akankah ada bahagia kan datang?

detik jam tak pamrih trus berdetak
trus berputar memberitahu bahwa tidak ada yang akan kembali
yang lalu telah berlalu
yang ada akan masa depan

setengah jiwaku mencoba bersabar
mengikuti hari demi hari habiskan penantian
disetiap koma alam mimpi mencoba pahami kehidupan
untuk menjalani roda hidup dengan pikiran yang wajar